Kasih Untuk Semua

KASIH UNTUK SEMUA.
Sebuah KERINDUAN; bahwa kasih itu tak mampu dibatasi tembok-tembok perbedaan. Kasih kami untuk semua.

Kamis, 10 Februari 2011

Banyutumumpang

 “Selamat pagi pak, mau tanya, apakah bener ini nomer posko kerinduan ?” suara seorang perempuan disebrang sana ketika kami angkat telephone yang berdering Jumat pagi, 4 Februari 2011, sehari setelah hari raya Imlek minggu kemarin. 

“Betul ibu …. Ada yang bisa kami bantu ?”
“Apakah poskonya masih buka pak ?” lanjut ibu itu. Bagi kami agak menggelikan juga mendengar pertanyaan itu, tetapi segera kami sadari bahwa itu adalah pertanyaan wajar, mengingat kebanyakan posko berdiri ketika Merapi erupsi mengeluarkan awan panas lebih dari tiga bulan yang lalu, dan bantuan dari donatur sudah habis terdistribusi, sehingga sudah tidak ada stok apapun di posko. Banyak posko yang sudah “gulung tikar” setelah bekerja satu-dua bulan. 

“Ooh, masih ibu. Kami masih buka, kami masih bergerak” jawab kami.
“Begini pak, nama saya bu Susilowati dari dusun Banyutumumpang, Desa Krogowanan, Sawangan, Kabupaten Magelang. Kalau boleh kami mau minta bantuan HT (handy-talky) untuk dusun kami, karena didusun kami tidak ada yang punya HT sehingga tidak bisa mengetahui ketika banjir lahar dingin datang. Malam sebelum Imlek kemarin dusun kami kena terjangan banjir lahar dingin, karena tidak mengetahui kalau atas (Merapi) hujan deras. Kalau kami mempunyai HT, kami bisa memonitor situasi di atas melalui HT itu”.
“Maaf ibu, kalau boleh tau, dari mana ibu mendapatkan alamat posko kami ?” potong kami. Kami benar-benar penasaran, ketika sekarang sudah jarang yang datang ke posko untuk meminta bantuan logistik, eh …. pagi ini kok masih ada juga yang meminta bantuan melalui telephone dan belum pernah kontak melalui apapun sebelumnya. Ya, karena sekarang justru kami yang aktif menyisir ke berbagai lokasi bencana untuk mencari orang yang perlu dibantu.

“Dari internet pak” sahut bu Susi. Canggih juga ibu ini, pikir kami.( ….. tetapi kami malu ketika pada akhirnya mengetahui bahwa bu Susi adalah seorang sarjana pendidikan yang tentu saja sudah akrab dengan internet. Menyesal juga telah under-estimate bahwa dusun yang hanya berjarak sepuluh kilometer dari puncak merapi itu pasti tidak ada yang kenal dengan mbah Google, simbah segala simbah dunia kini……. Maafkan kami bu Susi) 

“Begini bu Susi, terus terang kami belum pernah memberikan bantuan macam itu. Selama ini kami menyalurkan bantuan berupa logistik dan pendampingan mental korban bencana dan sekarang menginjak pada program membangkitkan perekonomian mereka, tetapi permintaan ibu ini saya terima, saya tampung dulu untuk kami bicarakan dengan teman-teman di posko yang kebetulan besok sore ada jadwal rapat koordinasi. Kami minta nomor kontak ibu saja, besok kami akan kabari ibu”.

Sabtu malam ketika rapat koordinasi, diputuskan bahwa Banyutumumpang harus dibantu pengadaan HT, meski hanya satu buah. Paling tidak untuk monitoring berita dari pos pengamatan Merapi. Ini menyangkut nyawa, jangan sampai hanya karena tidak mengetahui keadaan di atas kemudian malah menimbulkan korban jiwa. Keputusan ini kami ambil dengan kesadaran penuh, disisa-sisa tenaga kami hari itu yang terkuras, mengingat siang sampai sore hari itu kami ke dusun Mudal, Argomulyo- Cangkringan dan kami teruskan naik ke Kali Tengah untuk survey dan droping logistik.

Senin sore kami datangi beberapa toko yang menyediakan HT; Puji Tuhan, masih ada pemilik toko yang peduli saudara-saudaranya yang terancam jiwanya. Kami dapatkan toko yang mau membantu memberikan harga lebih murah untuk keperluan ini. Tuhan memang Hebat, apapun yang kita lakukan dengan dilandasi percaya dan memohon campurtanganNya, Tuhan pasti berikan.

Begitu kami dapatkan HT itu, sore itu juga kami meluncur ke Sawangan, menyerahkannya kepada penduduk Banyutumumpang yang diwakili pak Yanto, ketua RT setempat, disaksikan bu Susi dan suami serta beberapa penduduk sana. Dalam kegelapan malam itu, memakai lampu senter, kami sempat diajak menyaksikan ke tepi pertemuan dua sungai besar yang berhulu di puncak Merapi, Kali Senowo dan kali Pabelan, yang hanya beberapa puluh meter jaraknya dari tepi dusun Banyutumumpang.

Kami bersyukur bahwa kebutuhan mendesak di Banyutumumpang dapat terpenuhi malam itu juga. Kami percaya bahwa itu semua bisa terjadi hanya karena Tuhan yang mengatur, termasuk juga tidak kuatir banjir lahar dingin menghadang perjalanan kami ketika melewati Jumoyo, dan terbukti Tuhan telah atur segalanya.

Bu Susi, bersyukurlah karena Tuhan berkenan memakai panjenengan sebagai alatNya. Jangan cepat menyerah dalam menghadapi ancaman apapun, karena Tuhan tidak akan pernah tinggal diam. Tolong ibu doakan kami agar Tuhan berkenan juga memakai kami sebagai alatNya sama seperti ibu telah dipakaiNya, sehingga kami bisa semakin leluasa bergerak membantu saudara-saudara yang lain. 

Doa kami menyertai Banyutumumpang selalu.(sts/doc.poskeri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar