Kasih Untuk Semua

KASIH UNTUK SEMUA.
Sebuah KERINDUAN; bahwa kasih itu tak mampu dibatasi tembok-tembok perbedaan. Kasih kami untuk semua.

Rabu, 02 Maret 2011

Tamu Kami di Posko


 “Siapa saja yang bisa berangkat siang ini ?? …… mas Jumbo ? …. mas Memed ?” tanya ketua Posko Kerinduan Sabtu siang kemarin (26 Februari 2011) ketika koordinasi untuk mengantarkan logistik dan pakaian pantas pakai ke dusun Mudal, Cangkingan. 

“Taksih wonten uwos mboten pak ? Logistik teng mriki pun kantun sekedhik. Menawi wonten, kulo nyuwun” (masih ada beras nggak pak ? logistik disini sudah menipis. Kalau ada kami minta). Ya, siang itu kami berkoordinasi menanggapi telefon pak Madi tempo hari. Kami perhatikan sungguh-sungguh isi pembicaraan telefon dengan pak Madi tempo hari. Bagaimana mereka bisa beraktifitas kalau makanan untuk menambah tenaga saja tidak ada ? Dengan tenaga mana lagi mereka akan bangkit dari keterpurukan yang melanda mereka ??
Sayang, Posko tidak ada kendaraan yang bisa muat mengangkut logistik dan pakaian pantas pakai yang mereka pinta, sehingga kami bersepakat untuk mengantarnya memakai beberapa kendaraan roda dua, namun setelah kami packing ternyata dengan memakai kendaraan roda dua tidaklah mungkin. Harus memakai kendaraan roda empat, dan upaya kami untuk mendapatkan mobil guna mengangkut bantuan itupun tidak berhasil.

“Coba telefon pak Madi, barangkali disana ada kendaraan yang bisa mengambilnya” kata mas Memed. Dan kamipun menelfonnya. Puji Tuhan, ada mobil yang bisa mengambilnya ke Posko.
Sore hari pak Madi datang ke Posko bersama istri dan mas Daryono, adiknya. Kami senang mereka bisa melihat Posko kami. Biasanya kami yang datang kepada mereka, kali ini mereka yang mendatangi kami. 

“Kulo bibar kapusan mas” (saya habis tertipu mas) kata pak Madi
“Maksud panjenengan kapusan dospundi ?” (maksud pak Madi tertipu gimana?) tanya kami
“Minggu lalu kami mencari bantuan kemana-mana, dan kami sampai di …… (beliau menyebutkan alamat pasti dan nomor telephone Posko itu) dan ditemui seorang pemuda. Lalu dia katakan ingin survey untuk diajukan bantuan ke Semarang. Saya antar muter-muter di daerah kami agar melihat sendiri kondisi kami. Puas saya antar puter-puter, dia minta proposal dan kami berikan data riil kondisi kami. Tapi anehnya dia juga meminta uang untuk mengantar proposal itu ke Semarang. Sebenarnya istri dan adik saya sudah mengingatkan saya : “Ojo diwenehi mas, ora ono Posko sing njaluk-njaluk, malah Posko kuwi menehi bantuan” (jangan diberi mas, nggak ada Posko yang meminta-minta tetapi justru memberikan bantuan). Tapi saya berprinsip : ya sudahlah, kalau memang dia mau menipu, nanti Tuhan sendiri yang akan mengingatkannya. Dan saya beri dia seratus ribu rupiah, seperti yang dia minta. Dia menunjukkan KTPnya, beralamat Semarang. Dia meninggalkan nomor HP juga, tapi kemarin ketika saya telfon tidak pernah diangkat. Ya sudah ….. kalau dia tega pada kami ya monggo saja, pasti kami akan mendapatkan gantinya kok” cerita pak Madi. Ngeres banget ……….. begitu teganya mas-mas itu. Apa dia tidak berpikir, seandainya dia yang jadi korban bencana lalu ditipu orang lain, apa yang akan dia perbuat ? bagaimana pula perasaannya ketika kena tipu dalam kondisi seperti itu ? puaskah dia ketika membelanjakan uang hasil tipu-menipunya itu ? Tuhan, sadarkan mas-mas itu ……….

“Pak Madi, kami mohon maaf kali ini tidak bisa mengantar bantuan ini karena tidak adanya mobil untuk mengangkutnya, tapi kami senang pak Madi bisa rawuh ke Posko kami, sekalian agar bisa melihat basecamp kami yang nggak karu-karuan ini.” Kata kami ketika menemuinya "hanya" di luar ruangan.
“Mohon maaf juga, tidak banyak yang bisa kami salurkan bantuan dari donatur untuk Mudal, tapi semoga saja bisa membantu sedikit meringankan beban saudara-saudara di Mudal. Ini hanya beras, gula, teh, susu bayi, dan pakaian pantas pakai. Nanti akan kami usahakan lagi, kita saling berdoa saja nggih pak, …..”
Bantuan yang sudah kami packing itupun kami masukkan kedalam mobil, dan rombongan pak Madi-pun segera pamit setelah sempat ngobrol beberapa puluh menit. Mereka harus mengejar waktu, sore itu puncak hujan dan air kali winongo sudah meluap masuk ke halaman penduduk di suatu dusun daerah Cangkringan. Kalau mereka terlambat, bisa-bisa tidak bisa menyebrang kali Gendol sore itu, mesti memutar lewat Prambanan.

Selamat jalan pak Madi, kami bangga bisa kenal dengan sampeyan yang aktif mencarikan bantuan bagi pengungsi di dusun panjenengan, bukan bagi sampeyan sendiri. Kami sungguh merasa terhormat bisa bekerjasama dengan sampeyan dalam misi kemanusiaan ini. (sts/doc.poskeri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar